Powered by Blogger.
RSS

Sebuah Kisah dan Kenangan

Satu lagi kisah yang terukir di UKM LPM KOMPEN. Dimana kompeners kita ini masih muda belia, berusia 18 tahun, tepatnya akan naik ke Semester 2 awal. Dia bernama Muhammad Rifky Yudit Taqwa. Sapaan yang akrab ditelinga biasanya “Rifky”.

Mungkin dia masih awal untuk memahami apa LPM KOMPEN ini, tetapi seiring berjalannya waktu dan proses pembelajaran, dia sedikit demi sedikit memahami Struktur organisasi, fungsi dan cara pengerjaannya. Ketika itu pembelajaran pertama adalah buletin.

Dia sangat giat dalam mencari bahan tersebut. Mulai dari topik, narasumber, yang dibantu juga dengan teman-teman satu team. Saya mulai melihat ada sesuatu yang tersembunyi dibalik sifat dia yang pendiam. Suatu saat, dia diminta untuk mengajarkan matakuliah oleh teman satu kompeners. Mungkin materi tersebut memang sangat sulit untuk dipahami karenanya teman ini masih sangat tidak paham.

Kemudian Rifky mengulangi lagi teori tersebut dengan sabar dan telaten, sampai akhirnya teman ini pun mengerti. Tersontak, saya berharap lebih terhadap Rifky. Dia memiliki kemampuan yang lebih, dan saya berharap dialah calon Pemimpin Umum selanjutnya. Saya benar-benar kagum dengan sikap dan perilakunya, sampai-sampai saya bercerita kepada salah satu kompeners tingkat 3, kalau saya menyukai dia, menyukai dalam arti sikap dan perbuatan dia yang biasa, kalem, sabar, tapi punya pendirian.

Sampai pada pemilihan Pemimpin Umum, Rifky pun mengajukan dirinya sebagai Calon PU. Tepuk tangan pertama berasal dari saya. Ya,, memang benar saya mendukungnya untuk menjadi Pemimpin selanjutnya di periode ini. Tetapi mungkin banyak pendapat mengatakan dia masih tingkat awal, dan sebaiknya banyak belajar lagi, maka dia tidak lolos pada putaran kedua.

Sebelum pemilihan tersebut, sempat kami (sebagian kompeners) pergi ke Ngantang-Selorejo untuk menikmati liburan akhir tahun. Pada kesempatan itu, saya naik bersama Rifky. Kemudian, saya bertanya bagaimana kesiapanmu untuk menghadapi Sidang Umum. Kemudian dia berkata, “Saya mencoba sebisa mungkin, mengerahkan semua kemampuan yang ada meskipun masih awal”. Ya, sayalah pendukung pertama Rifky. Ketika orasi, dia tidak membawa sebuah catatan atau selembar kertas, yang kenyataannya dia masih tingkat awal.

Dia berani!

Setelah pemilihan tersebut selesai dan terpilihlah satu Pemimpin Umum yang baru, beberapa minggu kemudian Struktur Organisasi pun terbentuk. Rifky pun dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi Mading. Setelah pembentukan itu, Rifky telah membuat jobdisk apa saja yang akan dikerjakan di mading KOMPEN ini.

Saya senang mendengar cerita ini dari kompeners tingkat 2, bahwa dia sangat menjunjung amanat yang telah dia terima. Masukan-masukan yang dia utarakan pada saat rapat juga bagus, terutama semangat dia untuk Talk Show KOMPEN yang akan diadakan 18 Maret 2012 ini.

Selalu dia menanyakan sudah sampai mana mbak, ada yang bisa tak bantu ta, tapi aku gak ada motor, gak apa-apa ta mbak.

----Terharu----

Sampai pada hari Jum’at tanggal 2 Maret 2012 pada pukul 19.00 wib terdengar kabar bahwa dia sudah diangkat nyawanya oleh Allah SWT. Semoga kau tenang disana, maafkan kesalahan saya, yang sengaja maupun yang tidak disengaja.

Mianhe, Gomenasai, Afwan, I’m Sorry. :’)

Sedikit lagi cerita, dia memang jarang sekali membawa motor ke kampus, kecuali saat motor tersebut tidak dipakai oleh Ayahnya. Berhubung rumah saya dan dia lumayan dekat, maka saya menawarkan diri untuk mengantarkannya sampai rumah. Dia tidak pernah meminta kepada saya untuk bareng pergi ke kampus atau pulang dari kampus.

Tetapi, pada acara perpisahan alumni tingkat 3, yang acaranya di luar kampus, entah mengapa, dia yang menawarkan diri untuk minta bareng pulang. Saat itu saya tidak berpikir apa-apa, justru saya sangat senang karena kasihan kalau harus naik angkot ke soekarno hatta untuk sampai ke sawojajar 2, sedangkan itu juga sudah malam. Lalu, ketika itu entah jalan pada ditutup semua karena ada penghalusan aspal, jadi terpaksa kita muter-muter mencari jalan lain.

Tidak tahunya dia minta berhenti didepan cafe yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Malah dia meminta saya untuk segera pulang karena sudah malam,dan dia berjalan sendiri kerumahnya. Meskipun agak tidak tega, tetapi dia anak cowok, pasti lebih berani dari cewek. Baiklah, saya pulang, dan perpisahan terakhir tangan Rifky menutupkan kaca helm saya dengan lembut sambil berkata “terima kasih ya mbak”.

Sampai sekarang masih terngiang suaramu yang berat, tertawamu yang pelan, tatapanmu yang tajam.

Acara Talk Show ini, spesial buatmu RIFKY...

Terima kasih sudah banyak membantu. Sampai saya masih belum bisa memberimu apa-apa.. Hanya ucapan Terima kasih dan Doa yang sekarang ku berikan padamu beserta keluargamu.

selamat tinggal Muhammad Rifky Yudit Taqwa


1 comments:

Ika Yunita Utami said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment